Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia
Ronald Waas menilai rencana untuk menyatukan zona waktu Indonesia dari
tiga menjadi satu waktu akan sangat menguntungkan masyarakat terutama di
bidang perekonomian.
"Ini akan memudahkan masyarakat karena contohnya dengan perbedaan dua
jam, teman-teman di Indonesia Timur baru bisa kliring jam 10 karena di
Jakarta kliring baru dibuka jam 8 pagi," kata Ronald di Jakarta, Rabu.
Ronald menjelaskan, penyatuan waktu itu akan sangat menguntungkan proses transaksi keuangan yang selama ini sistemnya terintegrasi di Jakarta, sehingga jalannya bisnis dan kegiatan ekonomi lainnya bisa lebih efisien.
Untuk itu, lanjut Ronald, Bank Indonesia menyambut baik inisiatif dari Kantor Menko Perekonomian ini meski selayaknya dilakukan dengan kajian yang menyeluruh.
"Ini kan inisiatif kantor Menko Perekonomian, kita tunggu saja kajian mereka. BI akan tunggu dulu, ini kan juga baru gagasan," kata Ronald.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa juga menilai penyatuan zona waktu menjadi GMT+8, akan sangat menguntungkan karena waktu Indonesia akan sama dengan beberapa negara tetangga, yaitu Malaysia dan Singapura.
"Kalau zona waktu kita bisa sama dengan negara-negara tetangga, maka kita bisa melakukan penghematan dalam jumlah besar, baik jam kerja, transaksi, maupun aktivitas ekonomi," kata Hatta.
Seperti diketahui, pemerintah berencana menyatukan tiga zona waktu Indonesia yang terdiri atas Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur (WIT).
Rencananya, zona WITA yang akan dijadikan patokan, sehingga waktu Indonesia secara internasional akan menjadi GMT+8.
Penyatuan zona waktu tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa, khususnya dalam bidang ekonomi, dan menciptakan efisiensi kinerja birokrasi.
0 komentar:
Posting Komentar