Kamis, 08 Oktober 2015

Peran Vital Technopreneurship dalam Menghadapi Krisis Global

"Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk menjadi manusia merdeka". Itulah kutipan yang saya petik dari tokoh besar bernama Soe Hok Gie. Betapa tidak, tak bisa dipungkiri bahwa Negeri ini dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Betapa tidak, Indonesia dirasa menjadi negeri yang tak berdaya dan lemah terutama pada sektor perekonomian. Melemahnya nilai tukar rupiah yang sudah menyentuh level Rp 14 ribu Dollar Amerika Serikat adalah salah satu dari sekian contoh yang bisa kita ambil. Bahkan sebagian masyarakat mulai was-was akan ada saatnya era krisis moneter yang luar biasa pada tahun 1998 akan terulang lagi.
Sebenarnya, hal ini bisa kita hadapi apabila masyarakat Indonesia mampu meningkatkan daya saingnya dalam sektor apapun. Sumber daya manusia yang kita miliki tidak terlalu tertinggal jauh dari negara-negara ASEAN lainnya. Sumber daya alam yang kita miliki pun tak perlu ditanyakan lagi mengingat Indonesia merupakan salah satu "tanah surga" yang ada di bumi ini. Namun, mengapa Negeri ini masih merangkak ketika negara lain mulai berlari?

Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi. Salah satunya, kurangnya inovasi masyarakat Indonesia untuk bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Saat ini, kerangka berpikir kita masih saja terpaku untuk menjadi seorang pegawai. Paradigma menjadi seorang enterpreneur masih sangat minim sekali. Hanya ada segelintir orang Indonesia saja yang benar-benar yakin dan berani untuk bangkit ketika jatuh untuk bisa memulai menjalankan suatu bisnis. Dari situlah awal 'kehancuran' Indonesia karena saat ini masih terkekang oleh investor-investor asing. Seharusnya, kita bisa memulai sesuatu yang out of the box dengan keluar dari zona nyaman kita.

Technopreneurship adalah suatu terobosan inovatif yang bisa menjadi solusinya. Lantas, apa itu technopreneurship? "Technopreneurship merupakan istilah bentukan dari dua kata, yakni ‘teknologi’ dan ‘enterpreneurship’. Secara umum, kata Teknologi digunakan untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri atau sebagai kerangka pengetahuan yang digunakan untuk menciptakan alat-alat, untuk mengembangkan keahlian dan mengekstraksi materi guna memecahkan persoalan yang ada. Sedangkan kata entrepreneurship berasal dari kata entrepreneur yang merujuk pada seseorang atau agen yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada" (Zimmerer dan Scarborough, 2008). Maka akan timbul pertanyaan selanjutnya, mengapa harus berwawasan teknologi? Karena sebagai kita ketahui bahwa teknologi bukanlah hal yang asing di era saat ini. Perkembangan IPTEK yang luar biasa dengan arus yang sangat deras membuat kita dituntut untuk bisa mengimplementasikan teknologi tersebut menjadi suatu inovasi yang bernilai.

Kita bisa mengambil salah satu contoh yaitu owner Kaskus yang bernama Andrew Darwis.Dengan modal awal hanya sebesar 3 Dollar (pada saat itu Rp 30.000), Andrew dan dua rekannya yang bernama Ronald dan Budi memilih untuk membuat portal yang berisi berita maupun informasi tentang Indonesia. Portal tersebut sengaja dibuat menjadi suatu media untuk memuaskan kerinduan bagi masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri. Perkembangan Kaskus berdasarkan survey terdapat lebih dari 40 juta pengguna internet di Indonesia. Dengan jumlah yang luar biasa tersebut, Ia mengasumsikan bahwa masing-masing pengguna internet adalah target pasar yang potensial. Kini Kaskus telah menjadi situs fenomenal yang memiliki istilah tersendiri yang tidak dimiliki situs forum lainnya. Andrew Darwis pun masuk ke jajaran enterpreneur muda berbakat kebanggaan Indonesia.




0 komentar:

Posting Komentar